Aswaja Kelas VII


Pondok Pesantren
Pondok Pesantren : lembaga pendidikan untuk memahami, mendalami, menghayati dan mengamalkan ajaran islam.
Pondok pesantren merupakan sebuah komplek pendidikan yang Lima Unsur :
Kiai
Kiai merupakan pemimpin yang menentukan arah, bentuk dan corak pendidikan di pesantrennya.
Santri
Santri adalah para pelajar dipondok pesantren guna menyerahkan diri kepada kiai.
Santri dibedakanmenjadi 2 macam :
Santri Mukim : santri yang menetap di pondok pesantren.
Santri kalong : santri yang pulang kerumah setiap selesai mengikuti pelajaran.
Asrama
Fungsi Asrama :
- Sebagai tempat tinggal para santri
- Tempat belajar para santri
- Tempat  latihan hidup mandiri
Masjid
Masjid merupakan unsur yang paling tepat untuk mendidik santri.
Kitab Salaf
Kitab Salaf merupakan unsur pokok pondok pesantren yang membedakannya dengan lembaga pendidikan lainya.
Sejarah Pondok Pesantren
Pondok pesantren sudah dikenal sejak abad ke 15, tokoh yang dianggap perintis berdirinya pondok pesantren adalah Maulana Malik Ibrahim. Kemudian pada tahun 1619 Raden Rahmatullah ( Sunan Ampel ) mendirikan masjid dan pondok pesantren di kembangkuning, kemudian dipindah ke Ampel Surabaya.
Diantara Santri Sunan Ampel Adalah :
- Sunan Giri / Ainul Yaqien (Gresik)
- Sunan Bonang / Raden Makdum Ibrahim (Tuban)
- Sunan Drajat / Raden Qosim (Lamongan)
- Sunan Demak / Raden patah (Demak)
Dalam perkembangan berikutnya pondok pesantren didirikan oleh para kiai yang bercita-cita mengajarkan agama islam.
Paham keagamaan yang diajarkan di pondok pesantren
Paham yang diajarkan di pondok pesantren adalah paham yang berhaluan Ahlussunah Wal Jama’ah, oleh karna itu pondok pesantren merupakan pelopor dalam mempraktikkan, mengembangkan dan mempertahankan ajaran islam Ahlussunah Wal Jama’ah di Indonesia.
Kitab-kitab yang diajarkan dipondok pesantren adalah kitab-kitab yang disusun oleh para ulama’ Ahlussunah Wal Jama’ah.
- Dalam bidang Aqidah menggunakan kitab Ulama’ Asy’ariyah
- Dalam bidang Fiqih  menggunakan kitab Ulama’ Syafi’iyah
- Dalam bidang Akhlaq/Tasawwuf menggunakan kitab Imam Ghozali
Hubungan Antara Nhdlotul Ulama’ dengan Pondok Pesantren 
Kesamaan tujuan yaitu melestarikan ajaran agama islam Ahlussunah Wal Jama’ah.
NU didirikan untuk mempersatukan langkah para ulama’ pondok pesantren untuk mengembangkan tugas pengabdianya pada masyarakat, baik dibidang agama, pendidikan,ekonomi Dll.
Pola kepemimpinanya Nahdlotul Ulama’ Dan Pondok pesantren terpusat pada kiai
Masyarakat santri sebagai pendukung dan penyangga kekuatan Nahdlotul Ulama.
Sejarah Kelahiran Nahdlotul Ulama
Diantara Faktor yang melatar belakangi kelahiran NU adalah Munculnya gerakan pembaharu islam yang menyebarkan aliran Wahabi diindonesia.
Pada permulaan abad ke-19 muncul gerakan pembaharu islam di minangkabau, Sumatra barat yang dipimpin oleh H. miskin Dan kawan-kawan sekembalinya dari makkah. Gerakan mereka serupa dengan aliran wahabi. Dalam memperkenalkan ajarnya mereka menggunakan cara kekerasan sehingga menyebabkan terjadinya perang saudara yang disebut dengan Perang Padri.
Perang Padri Adalah perang Antara sesama Rakyat minangkabau karena adanya perbedaan pendapat menggenai ajaran Islam.
Gerakan pembaharuan ini terus berkembang dengan semboyan : “ pemurnian ajaran islam dari segala bid’ah dan khurafat “. Mereka mengecam / mengharamkan amaliah-amaliah keagamaan, seperti ziarah kubur, tahlilan, kirim do’a kepada orang yang sudah meninggal dan membaca sholawat nabi.
Pada tahun 1924 terjadi perubahan politik di Arab Saudi, Abdul Aziz Bin Saudyang beraliran Wahabi berhasil merebut kekuasaan dari Syarif Husen di Makkah. Sejak saat itu aliran wahabi menjadi faham keagamaan yang resmi di arab Saudi. Dan akibat peristiwa itu pula kelompok pembaharu di Indonesia merasa mendapat siraman semangat untuk lebih gencar mengajarkan aliran wahabi di indonesia.
Penguasa baru ini menggundang pemimpin-pemimpin islam seluruh dunia untuk menghadiri muktamar islam di makkah pada bulan juni tahun 1926. Pada bulan pebruari 1926 diselenggarakan kongres Al Islam di Bandung untuk membahas kesiapan umat islam untuk mengikuti muktamar dunia islam di makkah. Dalam kongres tersebut di putuskan bahwa yang akan mewakili Indonesia untuk mengikuti muktamar di makkah adalah Cokroaminoto ( Sarikat Islam ) dan KH. Mas Mansur ( Muhammadiyah ).
Karna Kongres tersebut tidak melibatkan ulama’ pesantren, maka para ulama’ Pesantren sepakat membentuk panitia khusus guna memperjuangkan anspirasinya mempertahankan berlakunya ajaran Ahlussunah Wal Jama’ah di Hijaz ( Makkah-Madinah) yaitu Komite Hijaz.
Sesudah persiapan matang , maka pada tanggal 16 Rajab 1344 H / 31 Januari 1926 M atas izin KH. Hasyim Asy’ary, komite hijaz mengadakan pertemuan di rumah KH. Wahab Hasbullah di Surabaya, dalam pertemuan tersebut disepakati dua keputusan penting, sebagai berikut :
Meresmikan berdirinya Komite Hijaz dengan masa kerja sampai delegasi yang diutus menemui raja Ibnu Saud kembali ke tanah air.
Membentuk jamiyah ( organisasi ) untuk wadah persatuan ulama’ dalam tugasnya sebagai pemimpin Umat yang diberi nama “ Nahdlotul Ulama artinya “ Kebangkitan Ulama”
Tugas komite Hijaz :
- Mempersiapkan pengiriman delegasi ke muktamar di makkah.
- Menghubungi para ulama terkemuka di jawa dan Madura.
Pada waktu itu disepakati delegasi yang akan dikirim adalah KH. Wahab Hasbullah dan Syaikh Ghonaim Al Misri, Delegasi ini tidak diutus kemuktamar tapi disuruh menghadap langsung kepada raja Abdul Aziz Bin Saud untuk menyampaikan permohonan agar diberlakukan kebebasan bermadzhab di hijaz. Tuntutan delegasi komite hijaz disambut sangat positif oleh raja Ibnu Saud pada 13 juni 1928.
Tokoh Dibalik Kelahiran Nahdlotul Ulama
- Kh. Wahab Hasbullah Sebagai penggagas awal berdirinya NU melalui kelompok diskusi Taswirul Afkar.
- KH. Hasyim Asy’ari Sebagai Ulama senior yang melakukan sholat Istikhoroh untuk memohon petunjuk kepada Allah SWT.
- KH. Kholil Sebagai ulama yang menerima petunjuk langsung dari Allah SWT, dan disampaikan kepada KH. Hasyim Asy’ari.



Leave a Reply